Dalam dunia konstruksi, kualitas paving block menjadi faktor penting yang menentukan kekuatan dan ketahanannya sebagai material penutup permukaan jalan. Sebagian masyarakat pengguna ingin mengetahui seberapa kuat paving block yang digunakan, salah satu metode yang juga sering dipakai adalah hammer test. Namun, apakah hammer test benar-benar cocok digunakan untuk menguji kekuatan paving block?
Hammer test atau ada beberapa sebutan lain seperti Rebound Hammer, Swiss Hammer, atau Schmidt Hammer test, merupakan metode pengujian tidak merusak (non-destructive test) yang umum digunakan untuk beton. Prinsipnya sederhana: alat berbentuk palu pegas menekan permukaan beton, dan pantulan yang dihasilkan menunjukkan tingkat kekerasan material tersebut. Semakin besar pantulannya, semakin kuat beton tersebut.
Namun, penting untuk dipahami bahwa hammer test pada dasarnya dirancang untuk beton homogen yaitu beton yang tebal, padat, memiliki permukaan yang rata, luas, dan kaku seperti pada struktur dinding, kolom, atau pelat lantai. Dengan kondisi tersebut, hasil pantulan dari alat dapat diukur dengan akurat dan mewakili kekuatan material sebenarnya.
Baca juga : Standar SNI Bukan Lagi Tantangan: Mesin Paving Block Otomatis Menjawab Kebutuhan Industri Modern
Berbeda dengan beton struktural, paving block atau konblok memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Ukurannya relatif kecil, bentuknya beragam, dan permukaannya tidak sepenuhnya rata. Selain itu, sifat paving block yang lebih tipis dan tidak kaku menyebabkan energi pantulan dari hammer test sulit terbaca dengan benar.
Akibatnya, nilai kekuatan yang diperoleh dari hammer test pada paving block sering kali tidak akurat atau bahkan keliru. Nilai yang tinggi belum tentu menunjukkan paving tersebut kuat, dan sebaliknya nilai rendah belum tentu berarti kualitasnya buruk.
Untuk memastikan mutu kuat tekan yang tepat, pengujian paving block sebaiknya dilakukan dengan metode uji tekan, sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam SNI 03-0691-1996 atau SNI 9365:2025, standar baru yang dirancang khusus untuk paving block yang dipergunakan pada aplikasi beban berat (heavy duty). Melalui uji tekan di laboratorium, tekanan yang diterapkan secara vertikal pada paving block dapat mengukur secara langsung kemampuan material tersebut menahan beban hingga mengalami kerusakan.
Uji tekan SNI memberikan hasil yang jauh lebih akurat karena dilakukan dengan alat tekan khusus dan kondisi terkontrol. Selain itu, hasilnya dapat menjadi acuan yang sah dalam menentukan kelas mutu paving block (misalnya mutu A, B, C, atau D) sesuai kebutuhan proyek baik itu untuk area pejalan kaki, halaman rumah, hingga kawasan industri yang menahan beban kendaraan berat.
Dengan demikian, penggunaan hammer test untuk uji paving block tidak direkomendasikan, terutama jika hasil pengujian tersebut dijadikan dasar keputusan dalam proyek konstruksi.
Baca juga : Apakah Harga Konblok Menjamin Kualitas? Kenali Standar SNI-nya Dulu!
Hammer test memang bermanfaat untuk beton struktural, namun tidak cocok untuk menguji kekuatan paving block karena perbedaan karakteristik material dan bentuknya. Jika Anda ingin memastikan kualitas paving block atau konblok yang akan digunakan, pilihlah produsen yang melakukan uji tekan sesuai standar SNI.
Jika Anda yang sedang mencari jual paving terdekat dengan mutu terjamin, pastikan memilih penyedia yang transparan dalam proses produksi dan pengujian produknya. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan paving block yang kuat, tahan lama, dan sesuai kebutuhan proyek Anda.